Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah produk global telah menjadi subjek boikot di berbagai negara karena dukungan mereka terhadap Israel.
Daftar Produk Yang Disuarakan Netizen Untuk Di Boikot
Inilah daftar perusahaan dan merek yang dianggap terlibat oleh netizen:
- McDonald’s & Burger King
McDonald’s dan Burger King, kedua raksasa waralaba AS ini, telah menghadapi kecaman internasional. McDonald’s Israel, khususnya, dituduh menyumbangkan makanan gratis kepada tentara Israel. Tindakan serupa juga dilaporkan dari Burger King. Meski kedua perusahaan telah mengeluarkan klarifikasi, seruan boikot tetap bergaung di beberapa negara, termasuk Indonesia. - KFC dan Pizza Hut
Franchise makanan cepat saji lain seperti KFC dan Pizza Hut juga menjadi sasaran boikot global atas tuduhan mendukung Israel. Boikot ini menyebar ke seluruh perusahaan waralaba Amerika lainnya. - Coca-Cola, Pepsi, dan Nestle
Menurut sumber dari AFP, Parlemen Turki telah secara eksplisit memboikot Coca-Cola dan Nestle. Pepsi juga masuk dalam daftar karena dianggap mendukung Israel. - Starbucks
Starbucks menjadi sorotan atas gugatannya terhadap serikat pekerja Starbucks Workers United. Walaupun Starbucks membantah mendukung Israel, perdebatan ini telah memicu seruan boikot. - SodaStream
Merek SodaStream, yang memungkinkan penggunanya membuat soda sendiri, telah dikritik atas tuduhan penganiayaan dan diskriminasi terhadap pekerja Palestina. - Sabra: Hubungan dengan PepsiCo dan Strauss Group
Sabra Dipping Company, yang dikenal dengan produk makanannya, merupakan usaha patungan dengan PepsiCo dan Strauss Group, dua perusahaan yang mendukung Israel.
Daftar Produk Kecantikan Yang Dianggap Terkait Dengan Israel
Seruan boikot juga menyasar produk kecantikan asal Israel, termasuk:
1. Ahava: Lokasi Produksi Kontroversial
Ahava, merek kecantikan global, dikritik oleh gerakan BDS karena memiliki fasilitas produksi di pemukiman ilegal Israel.
2. Dr. Fischer: Produk Kecantikan Terkenal dari Israel
Dr. Fischer dikenal dengan produknya yang menggunakan bahan alami dan cocok untuk semua jenis kulit.
3. L’Oreal Israel: Afiliasi dan Kontroversi
L’Oreal, meskipun berasal dari Paris, mendapat sorotan setelah mendirikan pabrik di Israel pada 1990-an, di atas tanah yang diklaim oleh Palestina.
4. Saboon: Produk dari Mineral Laut Mati
Saboon dikenal dengan produk perawatan tubuhnya yang terbuat dari mineral Laut Mati dan bahan alami lainnya.
5. Moroccanoil: Produk Rambut Populer
Moroccanoil telah mendunia dengan produk rambutnya, dari sampo hingga serum, yang tersedia secara luas di e-commerce.
Daftar Produk Israel Lainnya Yang Diserukan Untuk Diboikot
Selain produk makanan, minuman, dan kecantikan, berbagai sektor lain termasuk olahraga, teknologi, dan keuangan juga terpengaruh oleh boikot terhadap produk-produk yang berkaitan dengan Israel. Inilah beberapa contoh terkemuka:
1. PUMA: Sorotan dari Gerakan BDS
Menurut gerakan BDS, PUMA mendapat kritik atas dukungannya terhadap Asosiasi Sepak Bola Israel (IFA), yang diklaim melanggar hak asasi manusia.
2. HP: Kontroversi Teknologi Pengawasan
HP, perusahaan teknologi ternama, dituduh telah membantu Israel dalam mengawasi pergerakan warga Palestina menggunakan sistem ID biometrik.
3. Siemens: Keterlibatan dalam Infrastruktur Energi
Perusahaan manufaktur Eropa Siemens terlibat dalam proyek yang menghubungkan jaringan listrik Israel dan Eropa, menimbulkan kekhawatiran terkait dukungan kepada Israel.
4. AXA: Investasi di Sektor Keuangan Israel
AXA, perusahaan asuransi multinasional Prancis, berinvestasi dalam beberapa bank di Israel, yang menarik perhatian aktivis pro-Palestina.
5. Google: Kontroversi dan Kehadiran di Peta Digital
Google, raksasa teknologi, juga masuk dalam daftar boikot karena dianggap pro-Israel, terutama setelah Palestina tidak muncul di Google Maps. Perusahaan ini memiliki beragam produk mulai dari YouTube hingga sistem operasi Android.
Itulah rangkuman mengenai berbagai produk-produk Israel yang menjadi sasaran boikot global sebagai respons atas serangan ke Palestina. Kita telah melihat bagaimana sebagian produk ini secara terbuka mendukung Israel, sementara yang lainnya masih dalam wilayah dugaan.
Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kompleksitas geopolitik dan etika bisnis, tetapi juga menunjukkan kekuatan konsumen dalam mempengaruhi kebijakan perusahaan melalui keputusan pembelian mereka. Dengan meningkatnya kesadaran global terhadap isu-isu hak asasi manusia dan keadilan sosial, konsumen semakin mempertimbangkan dampak moral dari pilihan mereka.
Ini mengingatkan kita semua bahwa setiap pembelian adalah suatu pernyataan dan memiliki potensi untuk menjadi alat perubahan. Di era informasi yang serba terhubung ini, tanggung jawab sosial perusahaan dan etika bisnis menjadi lebih penting dari sebelumnya, seiring dengan kebutuhan untuk kebijakan yang lebih transparan dan bertanggung jawab.